Minggu, 02 Oktober 2011

CO PARENTING SOLUSI ASUH ANAK PASCA CERAI



BANYAK pasangan yang akan bercerai bingung, terutama soal anak. Kedua pihak sama-sama ingin menghabiskan waktu sebanyak-banyaknya bersama buah hati. Karena itu, sulit membuat sebuah kesepakatan yang dirasa adil bagi kedua pihak.
Cara terbaik untuk mempertahankan hubungan yang kuat dengan anak-anak adalah menghabiskan waktu sebanyak-banyaknya dan sebisanya. Co-parenting atau mengasuh anak bersama meski telah bercerai adalah cara terbaik untuk mempertahankan kontak reguler dengan anak-anak.


Agar bisa mengasuh bersama, yang harus dilakukan adalah berpikir untuk mendapatkan waktu 30 hingga 50 persen dari total waktu anak. Jika tak ada situasi mendesak, jangan pernah berpikir memiliki si anak lebih dari 50 persen. Anak juga membutuhkan waktu bersama ayahnya sebanyak waktu yang dibutuhkan untuk bersama ibunya.
Dengan kesadaran itu, mengasuh bersama menjadi solusi yang baik bagi semuanya. Pasangan yang telah bercerai umumnya, merasa puas dengan akhir hubungan yang seperti itu dan menjadi jarang berkonflik daripada mereka yang tak punya perjanjian. Para ayah pun menyukainya. "Pria suka menjadi ayah non-residential dan tetap mempunyai peran memutuskan untuk anaknya. Juga, merasa lebih puas secara fisik dan legal karena itu," kata peneliti pernikahan AS Margaret Little. Pengadilan agama pun lebih senang karena tak perlu lagi menangani masalah lanjutan dari perceraian. Anak-anak juga merasa lebih aman. Semuanya diuntungkan."Mengasuh bersama memberikan kesempatan yang saling menguntungkan, jauh lebih baik daripada memaksakan sebuah hak asuh dengan pendekatan kalah-menang" kata pakar kebijakan sosial Ross Thompson. Tiap-tiap pasangan bisa tetap menjalankan peran meski telah berpisah dan anak-anak pun tetap diuntungkan. Pengasuhan bersama itu juga meningkatkan jam kunjung ayah ke anak dan membuat anak-anak tetap dekat dengan ayahnya. Selain itu, pengasuhan bersama memberikan sejumlah fleksibilitas. Pada awalnya, beberapa anak mungkin agak bingung. Namun, biasanya mereka tak butuh waktu lama untuk bisa menerima fakta tersebut.
Bahkan, ada keuntungannya.Yakni, anak-anak yang diasuh dengan metode itu bisa mempelajari dan menerima perbedaan cara orang tua menyayangi mereka. Namun, pengasuhan bersama tersebut baru bisa diterapkan dengan sejumlah kondisi. Yang pertama, pasangan yang bercerai hidup berdekatan. Meski awalnya anak-anak bingung karena harus sering pindah rumah, sekolah dan aktivitas mereka tetap sama. Yang kedua, menghargai berharganya mantan pasangan bagi anak-anak. Sangat penting untak melihat dan menghargai hal itu karena tak ada yang lebih penting selain mempunyai hubungen yang sehat dengan anak-anak. Ketiga, mampu bekerja sama. Meski selalu ada perbedaan,
setidaknya ada sejumlah aturan umum yang ditaati bersama. Yang keempat, jangan pernah bertengkar di depan anak. Para ahli menemukan, satu-satunya hal yang menentukan kemajuan perkembangan anak-anak hasil perceraian adalah minimnya tingkat konflik di antara kedua orang tuanya.
Perlu diperhatikan, pengasuhan bersama tak akan bisa dilakukan bila terdapat sejumlah kondisi. Pertama, pasangan yang bercerai tetap berkonflik. Kedua, orang tua menjadikan
anak sebagai informan untuk mengetahui segala hal tentang mantan pasangan. Ketiga, tem pat tinggal pasangan yang bercerai berjauhan.

ARTIKEL TERKAIT 

  1. Bagaimana Cara menghadapi perceraian secara cerdas
  2. Cara mengurangi dampak perceraian terhadap anak